Biografi Ki hajar Dewantara
Nama asli Ki Hajar Dewantara adalah Suwardi Suryaningrat, Beliau merupakan seorang aktivis yang aktif dalam keorganisasian,politik, serta pendidikan. Namanya sangat dikenang oleh Bangsa Indonesia terutama karena ke aktivannya dalam organisasi budi utomo.
Beliau lahir pada 2 Mei 1889 di Pakualaman dari pasangan Raden Ayu Sandiyah dan Pangeran Surjaningrat. Tanggal kelahirannya dijadikan sebagai hari pendidikan nasional bahkan semboyan ciptaannya dijadikan sebagai slogan kementrian pendidikan nasional indonesia yaitu "tut wuri handayani" yang merupakan bahasa sansekerta yang artinya di belakang memberi dorongan. Namanya juga diabadikan menjadi nama kapal perang Indonesia "KRI Kihajar Dewantara" dan wajahnya pernah menjadi potret dalam uang kertas pecahan 20.000 pada tahun 1998 hingga ahirnya di tarik kembali oleh BI dan diganti dengan potret Oto Iskandar Di Natta pada tahun ahir 2009.
Ki Hajar Dewantara merupakan cucu dari adipati Pakualam III yang menamatkan pendidikan dasarnya di ELS atau yang dikenal dengan sekolah dasar Eropa/Blanda hingga kemudian melanjutkan sekolah keokteran Bumiputra di STOVIA yaitu sekolah kedokteran hindia yang sekarang menjadi fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Namun disayangkan beliau harus berhenti di sekolah kedokterannya itu karena sakit yang menyerangnya.
Ki Hajar Dewantara/Suwardi juga dikenal sebagai penulis yang Hebat itu terbukti karena beliau bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa Harian surat kabar terkenal diwaktu itu, diantaranya Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaum Moeda, Tjahaja Timoer, Poesara dan lainnya. Bahasanya yang tajam serta banyak membahas tentang hal hal anti kolonial.
Selain sebagai penulis dan wartawan yang handal ia juga aktif dalam organisasi yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan beberapa mahasiswa STOVIA seperti Goenawan MangoenKoesoemo dan Soeraji, yaitu organisasi Budi Utomo yang didirikan pada 20 Mei 1908.
Suwardi aktif sebagai propoganda yang mensosialisasikan dan menyadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan. Kongres Budi Utomo di Yogyakarta juga tak lepas dari peran beliau.
Selain Budi Utomo Soewardi juga aktif di sebuah organisasi Insulinde yaitu organisasi yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di dalam pemerintahan Hindia Belanda, hal ini karena pengaruh dari dari Dowes Deker yang kemudian pula menarik Soewardi dalam partai yang diberi nama Indische partij.
Tulisannya membuat dirinya ditangkap
Pada pertengahan tahun 1913 beliau pernah membuat sebuah tulisan yang membuatnya ditangkap dan diasingkan ke pulau Bangka.
Pada tahun itu pemerintahan Belanda ingin mengumpulkan sumbangan dari warga termasuk pribumi untuk merayakan kemerdekaanya dari Perancis, dan hal itu membuat geram para kaum nasionalisme seperti beliau, yang kemudian beliau menuliskan "Een voor allen maar ook allen voor een" atau yang artinya "satu untuk semua tetapi semua untuk satu juga" serta menuliskan "seandainya aku seorang belanda" yang dimuat dalam surat kabar De Expres yang saat itu masih dipimpinya, tulisannya dianggap pedas oleh pihak Belanda, sehingga ia ditangkap atas persetujuan gubernur Jendral Idenburg ke pulau Bangka.
Tulisan yang membuat panas pemerintah Belanda adalah seperti berikut
Sekiranya aku seorang belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta pesta kemerdekaan dinegri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikirannya itu, bukan hanya tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh inlader (pribumi) memberikan sumbangan untuk dana perayaannya itu, ide untuk menyelanggarakannya itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita eruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu, kalau aku seorang belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan kawan sebangsaku ialah keyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikitpun baginya"Sebelum diasingkan ke pulau bangka, kedua rekannya memprotes yaitu dowes deker dan cipto mangunkusumo, sehingga ketiganya malah diasingkan ke Belanda pada tahun itu yaitu tahun 1913 (usia kihajar saat itu 24 tahun) tiga orang tersebut yakni DD,Cipto mangunkusumo dan Soewardi kemudian dikenal sebagai tiga serangkai.
Dalam pengasingan
Di Belanda Soewardi aktif dalam sebuah organisasi para pelajar yang berasal dari Indonesia, nama organisasi tersebut adalah Indische vereeniging (perhimpunan Belanda)
Tahukah kalian pada tahun 1913 tersebut Soewardi membangun kantor berita Indonesia yang ia namai dalam bahasa Belanda "Indonesisch pers-bereau" penggunaan istilah kata indonesisch atau indonesia ini merupakan penggunaan istilah kata Indinesia pertama yang diciptakan oleh ahli bahasa asal inggris pada 1850, yaitu george windsor earl dan pakar hukum dari Skotlandia bernama James Richardson Logan.
Pulang ke tanah kelahiran
Sekitar tahun 1919 Soewardi pulang ke tanah air, berbekal dengan pengalaman mengajarnya saat Di Belanda kemudian beliau mendirikan sebuah sekolah pada 3 Juli 1922 yaitu Nationaal onderwijs instituut tamansiswa" atau yang lebih dikenal dengan perguruan nasional taman siswa, dan sejak saat itu pula namanya diganti menjadi Kihajar Dewantara serta tidak menggunakan nama gelar didepan namanya agar lebih leluasa dengan masyarakat tanpa ada pembedaan.
Ki Hajar membuat sebuah semboyan yang hingga saat ini masih terkenal yaitu "ing ngarso sung thuladha, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani" yang artinya "didepan memberi cintoh, ditengah memberi semangat, dibelakang memberi dorongan".
1957 ki Hajar mendapat gelar Doctor Honoris Causa, Dr. H.C dari Universitas Gajah Mada, dan atas jasa jasanya dalam hal membangun pendidikan pemerintah menetapkan hari kelahirannya sebagai hari pendidikan Nasional (surat keputusan presiden RI no 305 tahun 1959,tanggal 28 November 1959)
Wafatnya Ki Hajar dewantara adalah 26 April 1959, dan dimakamkan di pemakaman Taman Wijaya Brata, Yogyakarta.
Pertanyaan umum yang sering dipertanyakan
1. Kapan Ki Hajar Deeantara Lahir dan meninggal?
Jawaban:
Kihajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Pakualaman Yogyakarta dan meninggal pada 26 April 1959 di Yogyakarta.
2. Siapa nama ayah dan ibu Ki Hajar Dewantara?
Jawaban:
Ayah Kihajar Dewantara adalah Pangeran Surjaningrat, dan ibunya bernama Raden Ayu Sandiyah
3. Siapa nama Istri dan anak Ki Hajar Dewantara
Jawaban:
Nama Istri Kihajar Dewantara adalah Raden Ayu Surtatinah/ nyi Surtatinah beliau menikah pada tahun 1907 yaitu sebelum KHD menjalani pengasingannya pada 1913.
Nama anak Ki Hajar Dewantara adalah Ni Supati Asti dan Ki Subroto Haryomataram.
4. Kapan hari pendidikan Nasional?
Hari Pendidikan Nasional adalah 2 Mei, penetapan tersebut adalah setelah Kihjar meninggal yaitu menurut surat keputusan presiden RI no 305 tahun 1959,tanggal 28 November 1959.
5. Apa agama Ki Hajar Dewantara?
Jawaban:
Islam
0 komentar
Post a Comment