Saturday, February 17, 2018

Biografi R.A Kartini lengkap sebagai pahlawan emansipasi wanita

R.A. Kartini
biografi.my.id-Assalamu'Alaikum semua...
Nama R.A. Kartini sepertinya tak asing lagi bagi kita sebagai warga negara Indonesia, baik dari kalangan anak kecil, dewasa bahkan orang lanjut usia yang belum sempat menikmati indahnya masa disekolah pun tahu ataupun hanya sekilas mendengar siapa itu Kartini.

Siapa itu Kartini dan mengapa ia dikenal?
Kartini adalah sosok pahlawan wanita yang dengan gigih memperjuangkan hak hak asasi wanita, sebelum Ibu Kartini menjadi pejuang emansipasi wanita, wanita itu dianggap lemah sehingga dibedakan derajatnya dengan kaum lelaki, bahkan ada istilah wanita itu hanya memiliki 3 tempat, yaitu kasur, dapur dan sumur.

Apa artinya, kasur adalah tempat dimana wanita hanya sebagai pemuas nafsu lelaki, dapur adalah tempat dimana wanita mengurusi makanan untuk keluarganya, sumur adalah tempat dimana wanitalah yang harus mencuci semua pakaian keluarga baik anak ataupun suaminya.

Disinilah letak ketidak adilan pada era Kartini, wanita tidak bisa mengenyam pendidikan, wanita tidak bisa berkarir, wanita hanya itu dan itu saja kasur, dapur dan sumur.
Ditengah tengah keadaan itulah Kartini muncul sebagai salah satu penerang nasib kaum wanita.

Ingin tahu lebih jelas tentang profil dan biografi ibu Kartini? Silahkan baca dengan seksama yah..
Masa kecil Kartini
Raden Adjeng Kartini atau yang sering kita kenal dengan sebutan R.A Kartini(beragama Islam) lahir Di Jepara (masih dalam kuasa belanda pada waktu itu) pada 21 April 1879 M. Sebutan "Raden Adjeng" pada namanya adalah sebutan bagi putri bangsawan yang belum menikah sedang setelah menikah adalah "Raden Ayu" menurut tradisi Jawa pada waktu itu.
Ario Sosroningrat
R.M Adipati Ario Sosroningrat

R.A Kartini lahir dari kalangan priyai atau bangsawan, ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat seorang patih di Jepara yang kemudian diangkat menjadi bupati Jepara ketika Kartini lahir.
Ibunya bernama M.A Ngasirah, putri dari seorang guru agama di Telukawur Jepara bernama Kiyai haji Madirono dan nyai haji Siti Aminah.

Menurut yang tertulis di Kartini's letters to Stella Zeehandelaar 1899-1903. Monash University Press. 2005. hlm. 2. Jika dilihat dari sisi ayahnya, silsilah Kartini bisa dilacak hingga Hamengkubuono VI dan dapat ditilik garis keturunan bupati Sosroningrat sampai ke istana Maja Pahit.

Menurut peraturan kolonial belanda pada era Kartini, seorang bupati haruslah menikah dengan seorang bangsawan pula, oleh karena itu karena ibu Kartini bukanlah seorang bangsawan sebelum pengangkatan menjadi bupati maka ayahnya menikah lagi dengan seorang putri bangsawan. Ayahnya menikah dengan seorang putri bernama Raden Adjeng Woerjan (murjam) keturunan langsung dari raja Madura, dan barulah resmi ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara.

Kartini kecil adalah seseorang yang sangat beruntung selain lahir dari kaum bangsawan kartini memiliki keluarga yang tidak menyepelekan pendidikan, walau saat itu masih sangat terbatas, terbukti dari kakeknya Pangeran Tjondro negoro IV yang menjadi bupati pada usianya yang ke 25 dan dikenal sebagai salah satu bupati pertama pada abad 19 yang memberikan pendidikan barat kepada keturunannya, dan juga kakak kartini Sosrokartono juga dikenal sebagai orang yang pintar dalam bidang bahasa.

Kartini adalah anak ke 5 dari 11 bersaudara (kandung dan tiri) dan menjadi anak perempuan tertua diantaranya. Kartini juga sempat memperoleh pendidikan di Europese Lagere School/ELS dan disini pula ia belajar bahasa Belanda, namun hanya sampai usianya 12 tahun saja, karena saat itu anak putri yang berumur 12 tahun sudah bisa dipingit atau dilamar.
Mulai Timbul Keinginan Memajukan Wanita Pribumi
Kartini bukanlah sosok yang suka bermalas malasan apalagi karena ia bisa berbahasa Belanda menjadikannya wanita yang suka belajar, walaupun kartini sudah tidak bersekolah lagi ia tetap belajar dirumahnya dan sering menulis surat kepada teman teman korespondensi yang berasal dari Belanda, salah satunya kepada Rosa Abendanon

(fragmen) surat kartini-Rosa Abendanon.
Kartini gemar sekali membaca, banyak buku buku, koran hingga majalah eropa yang ia baca salah satunya surat kabar semarang "de locomotief" dan majalah perempuan "de Hollandsche Lelie" serta masih banyak lagi buku buku yang memuat kebudayaan dan pengetahuan, sehingga munculah keinginan didalam benak Kartini untuk memajukan kaum perempuan pribumi yang dipandangnya memiliki strata sosial  yang rendah pada waktu itu, bahkan kartini sempat beberapa kali mengirimkan tulisannya untuk diterbitkan di  "de Hollandsche Lelie".

Beberapa buku yang dibaca Kartini sebelum umurnya 20 tahun
  • Max havelaar dan surat surat cinta  karya multa tuli (douwes dekker)
  • De stille Kraacht (kekuatan ghaib) karya louis  coperus
  • Yang bermutu tinggi karya Van Eeden
  • Yang sedang sedang saja karya Augusta De Witt
  • Roman-feminis karya nyonya goekoop De Jong Van Beek
  • Die waffen nieder
Tidak sebatas dalam hal emansipasi wanita tetapi Kartini juga peduli dalam hal sosial, Kartini ingin agar perjuangan wanita memperoleh kebebasan, otonomi dan memiliki persamaan didalam hukum dengan kaum pria.

Pada surat surat kartini banyak sekali ungkapan dari pemikiran pemikiran kartini mengenai keadaan sosial pada saat itu terutama nasib perempuan pribumi yang dipandang rendah.

Sebagian besar surat yang ditulis kartini berisikan tentang gugatan dan keluhan terhadap tradisi Jawa utamanya yang menyangkut perempuan, karena budaya jawa saat itu dianggapnya memperhambat kemajuan kaum perempuan.

Bahkan Kartini pernah mengungkapkan dalam isi surat kepada temannya Estelle (stella Zeehandelaar) bahwa ia ingin seperti kaum muda eropa, kartini banyak sekali menggambarkan kondisi perempuan pribumi yang menderita akibat kurungan adat jawa, perempuan tidak bisa bebas mendapat pendidikan, harus menurut jika dijodohkan walau tak kenal sekalipun dan harus sedia jika dimadu.


Menurut Goenawan  Mohamad dalam pengantar buku Aku Mau… Feminisme dan Nasionalisme (Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar), gambaran itu membedakan Kartini dari para pemikir feminisme pada akhir abad ke-20, dan terutama kaum cendekiawan yang umum laki-laki pada masa kolonial Belanda.
Surat bertanggal 25 Mei 1899 itu terdiri atas 32 paragraf, sebuah surat yang panjang untuk ukuran sekarang. Raden Ajeng Kartini menulis banyak hal, tentang belenggu adat, pingit, azab sengsara pernikahan, silsilah, dan bahaya candu kepada sahabat pena pertamanya dari Belanda, Stella Zeehandelaar. Sebelum menutup suratnya, dia memperkenalkan diri: “Panggil aku Kartini saja, itu namaku. Kami orang Jawa tidak punya nama keluarga. Kartini adalah sekaligus nama keluarga dan nama kecilku”.
Kartini juga banyak mengungkapkan kendala kendala yang dihadapinya untuk mewujudkan cita citanya menjadi wanita jawa yang maju, walaupun ia terlahir dari keluarganya yang mampu karena sempat mengenyam pendidikan walau hanya sampai umur 12 tahun namun tetap saja sulit untuk mencapai keinginannya karena kartini sangat mencintai ayahnya yang kemudian menjadi penghalang kartini untuk bisa mewujudkan mimpinya walau diketahui didalam salah satu suratnya bahwa ia kemudian di izinkan oleh ayahnya untuk belajarmenjadi guru di Betawi, yang sebelumnya juga tidak diizinkan untuk melanjutkan belajarnya ke eropa.

Kartini menikah hingga meninggal

Tahun 1903 Keinginan Kartini untuk melanjutkan belajarnya menjadi guru di betawi pupus padahal sudah mendapatkan izin dari departemen Belanda, harapannya pupus karena ia akan menikah, seperti dalam sebuah kutipan surat kartini kepada nyonya Abendanon "....Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..."

Kartini dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang bupati rembang bernama  K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seseorang yang sudah pernah menikah 3 kali sebelumnya, menikah tanggal 12 November 1993.
Kartini dan Ario Singgih
Suami kartini sangat mengerti akan keinginannya, sehingga ia mendapat kebebasan bahkan dukungan untuk mendirikan sebuah sekolah perempuan di Rembang atau yang sekarang dikenal sebagai gedung pramuka.
Sekolah kartini (1918)|sumber: wikipedia
Kartini dengan murid tercinta|s.Media Indonesia
Dari pernikahannya dengan Bupati Rembang itu Kartini memperoleh seorang putra pertama sekaligus terahirnya bernama soesalit Djodjodiningrat pada 13 September 1904 karena beberapa hari stelah kelahiran putranya Kartini menghembuskan nafas terahirnya pada 17 September 1904 pada usia 25 tahun di Desa Bulu, Kec. Bulu Kab. Rembang.

Seorang politik etis bernama Van Deventer sangat mengagumi perjuangan Kartini sehingga ia membuat sebuah yayasan bernama Yayasan Kartini yang kemudian mendirikan sekolah perempuan Di Semarang tahun 1912 yang diberi nama Sekolah Kartini, kemudian terus berkembang dan berhasil mendirikan di Surabaya, Yogyakarta, Malang,Madiun dan Cirebon

Mengingat besarnya jasa Kartini, pada waktu pemerintahan Soekarno juga mengeluarkan Keppres RI No 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini pada 21 April sebagai Hari Kartini.
Terbitnya buku #Habis Gelap Terbitlah Terang
Seorang mentri agama, kebudayaan dan kerajinan hindia belanda bernama M.R J.H Abendanon mengumpulkan surat surat kartini kepada teman temannya di eropa setelah wafatnya Kartini, setelah dikumpulkan dan dibukukan lalu ia beri nama Door Duisternis tot licht yang arti sebenarnya adalah dari kegelapan menuju cahaya dan diterbitkan pada 1911 dalam 5 kali cetak dan pada cetakan terahir ditambahkan surat kartini yang lain.

Namun pada tahun 1912 Balai Pustaka menerbitkan buku itu dalam bahasa melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah pikiran  yang kemudian pada tahun 1938 terbit buku kumpulan surat Kartini versi Armijin Pane seorang sastrawan pujangga baru yang memberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang yang berisi 5 bab pembagian dan sempat dicetak hingga 11 cetakan.


Karena surat surat kartini pula banyak merubah pemikiran cara pandang bangsa barat kepada perempuan Jawa bahkan karena suratnya hingga tokoh nasional juga banyak yang terinspirasi oleh perjuangan Kartini, salah satunya W.R Soepratman yang menciptakan lagu Ibu Kita Kartini.
Buku Buku Tentang kartini
  •  Habis Gelap Terbitlah Terang
  • Surat Surat Kartini Tentang Dan Untuk Bangsanya
  • Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
  • Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta toer
  • Kartini Surat Surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya 
  • Aku mau... Faminisme dan Nasionalisme surat surat Kartini kepada Stella Zehandellar 1899-1993
Beberapa Fakta unik hingga opini pro kontra mengenai Kartini
1.) perdebatan hari Kartini

Sebagai seseorang yang berjasa memanglah patut diberi penghargaan, namun pernakah kalian sadari bahwa banyak sekali pahlawan wanita di Indonesia? Namun hanya ada satu pahlawan wanita yang diberikan khusus hari peringatan yaitu Kartini. Karena permasalahan ini pula dulu pada waktu penetapan sempat adanya perdebatan mengenai hari penetapan.

Pihak yang kurang setuju mengungkapkan dan berpendapat jikalaupun akan diperingati hari kartini supaya digabung saja dengan hari ibu yaitu 22 Desember agar tidak ada pilih kasih antara pahlawan wanita lainnya seperti cut Nyak Dhien, Martha Kristina Thiahahu, Dewi Sartika dan lain lain. Menurut mereka perjuangan Kartini sebatas di Jepara dan Rembang saja juga tidak pernah memanggul senjata seperti pahlawan yang lain.

Pihak yang setuju berpendapat bahwa Kartini bukanlah sekedar pahlawan Emansipasi wanita saja namun juga sebagai pahlawan nasional, karena pemikiran dan gagasannya yang luar biasa bagi bangsanya, yang berarti sudah ikut memperjuangkan bangsa dan kepentingan nasional.

2.) kematian kartini.

Wafatnya Kartini masih menjadi tanda tanya besar bagi para sejarawan apakah karena sakit asli atau karena dibunuh (diracuni) pasalnya Kartini adalah seseorang yang sehat wal afiat bahkan setelah ia melahirkan.

Saat melahirkan Kartini ditemani oleh seorang dokter Belanda Dr. Van Ravesten (ravesteijn)  yang tinggal di daerah Pati sekitar 35 Km dari rembang. Dr itu menilai Kartini baik baik saja sehingga Dr itu pulang ke Pati lagi.  Dr Van Ravesten menengok Kartini 4 hari setelah melahirkan dan karena menganggap kartini masih baik baik saja ia berpamitan pulang, namun sebelum pulang mereka menyempatkan minum anggur sebagai tanda perpisahan (wikipedia) dan ada pula yang berpendapat kartini diberi obat oleh Dr itu sebelum pulang.

setelah dokter pergi sekitar 30 menit Kartini merasa sakit perut, sehingga bupati menyuruh agar Dr itu dipanggil lagi, namun sayang nyawanya sudah tak tertolong. Kartini wafat pada usia 25 tahun atau 4 hari setelah melahirkan putranya soesalit Djodjodiningrat pada 17 September 1904.
Makam kartini di Bulu, Rembang

Semenjak saat itu banyak yang beranggapan Kartini mati diracuni untuk kepentingan Belanda karena menganggap Kartini terlalu maju dalam pemikiran pemikirannya. Seorang penulis Efatino Febriana dalam bukunya "Kartini Mati Dibunuh" dan juga Siti Soemandari dalam bukunya "Kartini, Sebuah Biografi"(1979) sama sama menyimpulkan bahwa Kartini memang mati karena adanya perencanaan, tetapi keluarganya menerima saja dengan anggapan karena sudah kekuasaan tuhan apalagi kartini baru saja melahirkan.

3.)Nama jalan kartini

Ibarat pribahasa "macan mati meninggalkan belang" hal ini juga terjadi kepada semua pahlawan semua jasanya pasti akan terkenang salah satunya adalah Kartini.
Jasa kartini hingga saat ini masih dirasakan oleh para putri putri Indonesia, mereka bisa mendapatkan derajat yang sama dengan kaum pria. Namun yang unik dari kartini kali ini adalah namanya yang dijadikan nama jalanan, tetapi tidak di dalam negri melainkan luar negri.
Jalan R.A Kartinistreaat di Venlo Belanda:google
Berikut nama jalan Kartini:
  • Kartinistraat di Utrecht dengan jalan berbentuk U
  • Raden Adjeng Kartini di Amsterdam Zuidoost / Bijlmer, nama jalannya ditulis lengkap, dan disekitar daerah ini pula banyak nama jalan menggunakan nama perempuan dunia yang memiliki kontribusi di dalam sejarah.
  • R.A Kartinistraat di Vanlo, Belanda selatan dengan jalan berbentuk O
  • Kartini di Harlem, yang juga berdekatan dengan jalan Mohammad hatta dan Sutan Sahrir
4.) lagu Kartini

Salah satu yang unik diantara pahlawan wanita adalah Kartini yang menjadi satu satunya wanita yang didendangkan dalam lagu nasional "Ibu Kita Kartini" ciptaan W.R Soepratman.
Pelajaran yang bisa diambil
  •  Jangan mudah menyerah 
  •  Jangan mementingkan diri sendiri walaupun sudah berkecukupan
  • Tidak ada usaha tanpa adanya balasan
  • ........... Isi sendiri hehe
Itulah beberapa biografi singkat mengenai Ibu Kartini semoga bermanfaat bagi kita semua, terimakasih sudah membaca, jangan lupa klik love jika bermanfaat.
Wassalam...

0 komentar

Post a Comment